KENDALA-KENDALA TEKNIS DAN NON-TEKNIS
I. KENDALA-KENDALA TEKNIS
Berbicara
mengenai kendala, sering kali membuat kita ragu dan pesimis untuk
melangkah dalam melakukan hal apapun yang harus kita kerjakan, termasuk
dalam perjalanan kami melayani permintaan pelanggan. Dalam
kenyataannya pengeboran tidak selalu berjalan dengan lancar sesuai
dengan harapan, berbagai macam hambatan sering kali terjadi. Hambatan
ini biasa disebut sebagai hole-problems atau downhole-problems,
yang dapat terjadi karena masalah-masalah di dalam lubang bor maupun di
permukaan. Penyebab permasalahan ini misalnya karena mesin mati,
rangkaian bor rusak, penyebab dari formasi, dan lain sebagainya. Hambatan dalam pengeboran ini dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut:
1. Tidak sempurnanya lubang yang diperoleh
2. Caving shale problem
3. Hilangnya lumpur pengeboran ( lost-circulation atau water-lost )
4. Pipa terjepit
5. Semburan liar ( blow-out )
Jenis-jenis hambatan ini dapat terjadi sendiri-sendiri, bersamaan, atau satu masalah akan mempengaruhi masalah yang lain.
Hilangnya lumpur pengeboran ( lost-circulation atau water-lost )
Semburan liar ( blow-out )
Lokasi pengeboran di area terbuka
Hambatan-hambatan
tersebut sering kali terjadi dan tentunya dapat menimbulkan kerugian
yang cukup besar. Namun demikian, belajar dari pengalaman dengan
penanganan yang benar diharapkan hambatan dan kerugian tersebut dapat
diminimalisir dengan baik.
1. Masalah Pada Pengeboran Inti (Coring)
Idealnya
lubang yang diperoleh pada pengeboran berbentuk sempurna dan tidak
mengalami kerusakan, tetapi pada kenyataannya hal ini sukar diperoleh. Bentuk-bentuk permasalahan pada lubang yang mungkin dapat dijumpai di lapangan dapat berupa:
1.1. Lubang terpotong menyerupai spiral yang diakibatkan oleh gangguan pada bit
1.2. Perubahan mendadak pada diameter lubang yang diakibatkan oleh pergantian bit setelah menembus batuan induk.
1.3. Lubang berbentuk ulir yang diakibatkan dari tekanan bit yang terlalu besar
1.4. Core blocking yang muncul diakibatkan oleh adanya displacement fragmen bebatuan sepanjang bidang belahannya
2. Caving Shale Problem
Pada
saat proses pengeboran menembus lapisan shale, mempunyai permasalahan
tersendiri. Menjaga agar shale stabil, tidak ambruk atau longsor
merupakan suatu masalah, dan tidak terdapat suatu cara pasti yang dapat
diterapkan untuk semua keadaan tersebut. Untuk
mengurangi masalah ini, maka biasanya pengeboran dilaksanakan dengan
menerapkan drilling-practice yang baik dan penggunaan mud-practice yang
tepat. Karena ambrukan atau longsornya shale, maka akibat selanjutnya
yang dapat muncul antara lain:
2.1. Lubang bor membesar
2.2. Masalah pembersihan lubang bor
2.3. Pipa bor terjepit
2.4. Bridges dan fill-up
2.5. Kebutuhan lumpur bertambah
2.6. Penyemenan yang kurang sempurna
2.7. Kesulitan dalam pelaksanaan logging dan lain-lainnya
2.1. Jenis-Jenis Shale
Jenis-jenis
shale ini biasanya merupakan lapisan yang diendapkan
pada cekungan marine, terutama terdiri dari lumpur, silt, dan clay,
dalam bentuknya yang lunak biasanya
disebut clay. Semakin dalam maka tekanan dan temperatur akan semakin
tinggi sehingga endapan ini (clay) akan mengalami perubahan bentuk dan
disebut sebagai shale. Selanjutnya perubahan bentuk karena proses
metamorfosa disebut slate, phylite, atau mica schist. Bila shale mengandung banyak pasir disebut arenaceous shale, sedangkan yang mengandung banyak material organik disebut carbonaceous shale. Shale mengandung berbagai jenis mineral lempung yang sebagian berhidrasi tinggi. Shale yang mengandung banyak mineral montmorilonite
akan berhidrasi tinggi, yaitu akan menyerap air dalam kapasitas yang
besar. Biasanya shale terdapat dalam formasi yang relatif tidak dalam.
a. Pressure Shale
Pressure Shale
merupakan batuan endapan yang biasanya terdapat di daerah yang luas,
adakalanya terdapat pula kontak dengan endapan pasir. Dengan semakin
tebal lapisan di atasnya karena proses pengendapan
terus berlangsung maka tekanan overburden akan semakin besar.
Pada proses compaction atau pemadatan ini cairan-cairan yang berada di
dalam lapisan shale akan tertekan keluar dan masuk ke dalam batuan yang porous (permeabel) dan tidak kompresibel
misalnya batu pasir. Akibatnya cairan terperangkap dan tertekan di
dalam pasir, dan tekanan dapat mencapai tekanan yang relatif tinggi
bahkan dapat menyamai tekanan overburden itu sendiri. Selanjutnya pada saat lapisan tersebut dilakukan pengeboran bisa terjadi situasi dimana tekanan hidrostatis
lumpur lebih kecil daripada tekanan formasi. Perbedaan tekanan ini
dapat mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor pada waktu pengeboran
sedang berlangsung. Cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menaikan tekanan pada dasar lubang bor, dalam hal ini menaikan berat
lumpur. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar lubang bor
tetap terisi penuh pada waktu mencabut dan memasukkan stang bor, serta
mengurangi kemungkinan swabbing dengan jalan menurunkan viskositas dan gel-strength.
b. Mud Making Shale
Mud Making Shale ini adalah shale yang sangat sensitif terhadap air atau lumpur. Jenis ini dapat berupa shale bentonit
yang bisa menghisap air (hidrasi). Cara menghadapi shale jenis ini
adalah pengeboran dengan memakai cairan pengeboran yang tidak
berpengaruh atau bereaksi dengan shale. Jenis-jenis lumpur yang dipakai
dalam hal ini antara lain lime mud, gyp mud, calcium chloride mud, salt mud, dan yang banyak dipakai saat ini adalah lignosulfonate mud serta oil mud.
Namun demikian jenis-jenis lumpur ini pun tidak seluruhnya mampu
mengatasi masalah shale ini. Sehingga yang dapat diusahakan adalah
bagaiman agar shale ini tidak terhidrasi atau bereaksi dengan lumpur
ataupun air fitrasi, salah satu cara bisa dipakai lumpur dengan air
filtrasi yang sangat rendah.
Hal lain yang berpengaruh dalam menghadapi shale ini antara lain adalah:
- Keasaman diusahakan konstan pada pH sekitar 8.5 - 9.5
- Densitas atau berat lumpur cukup untuk menahan dinding lubang bor
- Air filtrasi diusahakan rendah
c. Stressed Shale
Shale
jenis ini tidak banyak bereaksi atau terhidrasi dengan air, tetapi
mudah ambruk. Problem ini akan makin besar bila lapisan mengalami
kemiringan dan ditambah lagi bila menjadi basah oleh air atau lumpur.
2.2. Sebab-Sebab dan Cara Penanganan Shale Problem
a. Sebab dan Gejala
Penyebab dan gejala masalah shale ini dapat dikelompokkan dari segi lumpur maupun dari segi drilling practice atau mekanis. Beberapa penyebab dari kelompok mekanis ini antara lain:
- Erosi karena kecepatan lumpur di annulus yang telalu tinggi
- Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor
-
Adanya penekanan ( pressure surge ) atau penyedotan ( swabbing ) pada
waktu mengangkat dan memasukkan stang bor atau mata bor
- Adanya tekanan dari dalam formasi
- Adanya air filtrasi atau lumpur yang masuk ke dalam formasi
Secara
umum dapat dikatakan bahwa pembesaran lubang bor dan masalah shale
berkaitan dengan dua masalah pokok, yaitu tekanan formasi dan kepekaan
terhadap lumpur atau air filtrasi. Gejala-gejala yang sering tampak bila sedang menghadapi masalah shale antara lain:
- Tekanan (beban) pompa naik
- Serbuk bor (cutting) bertambah banyak
- Lumpur menjadi kental
- Air filtrasi bertambah
- Bridges dan fill-up, adanya endapan cutting di dalam lubang bor
- Torsi bertambah besar
- Bit balling
b. Penanganan Shale Problem
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah shale ini antara lain adalah sebagai berikut:
- Penggunaan lumpur yang baik
- Densitas lumpur yang cukup untuk menahan tekanan formasi
- Keasaman lumpur yang sesuai ( pH sekitar 8.5 - 9.5 )
- Filtrasi rendah
- Mengurangi kecepatan aliran lumpur di annulus
- Pipa bor diusahakan betul-betul dalam keadaan lurus
- Mengurangi atau menghindari kemiringan lubang bor
- Mengindari swabbing atau pressure surge pada saat mencabut dan memasukkan stang bor atau mata bor.
3. Hilangnya Lumpur Pengeboran (Lost-Circulation atau Water-Lost)
3.1. Pengertian
Hilangnya
lumpur pengeboran merupakan proses masuknya lumpur ke dalam formasi.
Hilangnya lumpur ini merupakan masalah lama dan sering terjadi dalam
pengeboran, banyak terjadi di mana-mana serta pada kedalaman yang
berbeda-beda. Hilangnya lumpur ini dapat terjadi bila tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan formasi.
3.2. Sebab-Sebab Hilangnya Lumpur Pengeboran (water-lost)
ditinjau dari segi formasi, maka hilangnya lumpur dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Coarseley permeable formation
Contoh
dari jenis formasi ini adalah pasir dan gravel, namun tidak semua jenis
formasi ini menyerap lumpur. Formasi ini dapat menyerap lumpur apabila
tekanan hidrostatis lumpur lebih besar daripada tekanan formasi. Selain
itu ada pengertian bahwa lumpur mampu masuk ke dalam formasi bila
diameter lubang atau pori-pori sedikitnya tiga kali lebih besar terhadap
diameter butiran atau partikel padat dari lumpur.
b. Cavernous formation
Hilangnya
lumpur ke dalam reef, gravel, atau pun formasi yang mengandung banyak
gua-gua sudah dapat diduga sebelumnya. Gua-gua ini banyak terdapat pada
formasi batu kapur (limestone dan dolomite).
c. Fissure, fractures, dan faults
Ini
merupakan celah-celah dan retakan di dalam formasi. Bila hilangnya
lumpur ini terjadi tidak pada formasi permeabel atau batukapur, biasanya
ini terjadi karena celah-celah dan retakan tersebut. Fractures dapat
bersifat alamiah karena proses-proses geologi, tetapi juga dapat terjadi
karena sebab-sebab mekanis selama pengeboran (induced fractures).
Fractures ini dapat disebabkan antara lain:
- Penekanan (pressure surge) pada waktu masuknya stang bor atau mata bor
-
Adanya kenaikan tekanan karena drilling practice yang tidak benar,
misalnya seperti tekanan pompa terlalu tinggi, lumpur terlalu kental,
gel strength terlalu besar.
-
Hilangnya lumpur dapat juga terjadi karena perlakuan yang kurang
sesuai, misalnya menjalankan pompa secara mengejutkan, dan lain
sebagainya.
3.3. Hilangnya lumpur karena sifat lumpur dan operasional pengeboran
Hilangnya
lumpur pengeboran tidak hanya terjadi dengan dipengaruhi oleh faktor
formasi saja, akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh sifat lumpur dan
juga operasional pengeboran yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Squeeze effect
Saat
menurunkan rangkaian stang bor terlalu cepat dan ditambah lumpur yang
kental, maka lumpur yang berada di bawah mata bor akan terlambat naik ke
annulus di atas mata bor. Hal ini menyebabkan lumpur di bawah mata bor
tertekan ke formasi karena kondisi antara rangkaian stang bor dengan
lubang seperti sebuah piston. Peristiwa ini dikenal sebagai squeeze effect. Akibat dari squeeze effect dapat menyebabkan formasi pecah dan lumpur masuk ke formasi.
b. Berat jenis lumpur yang tinggi
Karena
berat jenis lumpur yang digunakan terlalu tinggi, maka tekanan
hidrostatis lumpur akan menjadi besar. Bila menemui lapisan yang tekanan
rekahannya kecil maka formasi akan terjadi rekahan-rekahan dan
akibatnya adalah sama seperti yang diuraikan di atas.
c. Viskositas lumpur yang tinggi
Bila
viskositas lumpur terlalu tinggi, maka tekanan sirkulasi lumpur di
annulus akan cukup tinggi yang mengakibatkan formasi pecah bila formasi
tidak kuat.
d. Gel strength
Lumpur yang memiliki tinggi gel-strength
sangat penting pada saat tidak ada sirkulasi, yaitu akan menahan
cutting supaya tidak turun ke dasar lubang. Dalam kondisi ini material
pembuat lumpur diusahakan tidak menumpuk di dasar lubang. Apabila gel-strength
tinggi maka untuk
memulai sirkulasi yang sempat terhenti akan diperlukan tenaga pompa yang
cukup besar. Bila formasi tidak sanggup menahan tekanan pompa yang
besar ini maka formasi akan pecah.
e. Pemompaan yang mengejutkan
Pemompaan
lumpur yang mengejutkan akan menyebabkan formasi pecah jika formasi
tidak kuat. Akibatnya adalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pada waktu mata bor menembus formasi ini maka lumpur akan mengisi gua,
celah, dan rekahan yang ada.
3.4. Tindakan Pencegahan
Pengalaman
menunjukkan bahwa sekitar 50% dari hilangnya lumpur pengeboran terjadi
karena induced fracture. Dalam hal ini hilangnya lumpur dapat terjadi
dimana tidak terlalu terpengaruh oleh jenis formasi. Dengan demikian pencegahan akan lebih murah daripada mengatasi hilangnya lumpur pengeboran bila sudah terjadi. Beberapa hal yang perlu diingat untuk pencegahan antara lain:
a. Berat lumpur
Berat
lumpur perlu juga dijaga agar tetap minimum sekedar mampu mengimbangi
tekanan formasi. Serbuk bor (cutting) yang berada di annulus juga
mengakibatkan penambahan berat lumpur, sehingga
pembersihan lubang bor memegang peranan yang sangat penting.
b. Viscosity dan gel-strength
Gel
strength juga harus dijaga agar tetap kecil, gel-strength yang besar
memerlukan tenaga yang besar pula untuk menyirkulasikan gel tersebut,
dan tenaga yang besar ini akan dapat mengakibatkan pecahnya formasi.
Disarankan agar rotary-table dan spindle digerakkan
terlebih dulu sebelum menjalankan pompa, disamping itu dalam menjalankan
pompa tidak dilakukan dengan mengejutkan (perlahan-lahan dalam membuka
kran atau katup).
c. Penurunan stang bor dan mata bor
Pada saat menurunkan stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya pressure surge untuk mencegah pecahnya formasi, juga pada waktu mencabut atau menaikkan stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya swabbing.
d. Gunakan lumpur pengeboran yang baik dan stabil
Harus dipergunakan lumpur pengeboran yang baik dan stabil. Hal ini dilakukan untuk dapat mengurangi negative-mud seperti caving dan sloughing-bridging.
3.5. Cara Mengatasi Hilangnya Lumpur Pengeboran
Cara
mengatasi hilangnya lumpur pengeboran ini sangat berbeda antara satu
dengan yang lain, tergatung dari sebab-sebab, sifat formasi, dan
sebagainya.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengatasi hilangnya lumpur pengeboran:
a. Bahan penyumbat
Dalam mengatasi hilangnya lumpur pengeboran dipergunakan bahan penyumbat antara lain:
- Granular material sepeti nut-shells, nut-plug, dan tuff-plug
- Fibrous material seperti leather-floc, fiber-seal, dan chip-seal.
- Flakes, seperti mica dan cellophare
- Kombinasi dari jenis bahan-bahan tersebut di atas. Demikian pula ukurannya dapat dicampur dari yang halus (fine), medium, serta yang kasar (coarse).
- Heat expanded material, seperti expanded-perlite
- Bahan-bahan khusus seperti high filter loss slurry, bentonite diesel oil slurry, atau bentonite diesel oil cemen slurry
b. Seepage losses
Adalah
bila hilangnya lumpur pengeboran dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu
kurang dari 15 bbl/ jam, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hal ini adalah:
- Mengurangi berat lumpur pengeboran, tekanan pompa, dan periode menunggu. Dapat dicoba menambahkan bahan penyumbat dengan cara menyiapkan bahan-bahan penyumbat dengan lumpur khusus untuk membawa bahan-bahan tersebut sekitar 200bbl.
-
Bahan penyumbat akan lebih baik apabila terdiri dari bermacam-macam
jenis serta ukuran dengan konsentrasi sekitar 25 - 35 lbs/ bbl lumpur.
Apabila hilangnya lumpur pengeboran makin besar maka jumlah serta ukuran
bahan penyumbat harus diperbesar.
-
Bahan penyumbat dipompakan ke dalam lubang bor, pada saat bahan
penyumbat sampai pada dasar mata bor, maka pengeboran dapat dimulai
lagi. Dengan demikian sirkulasi lumpur bor akan kembali normal
(seimbang). Apabila sirkulasi masih belum normal maka penyumbatan dengan
batch-method ini dapat diulang hingga berhasil.
- Complete loss
of returns, Adakalanya lumpur pengeboran tidak keluar kembali dari
lubang bor, tetapi lubang bor tetap penuh. Hal yang dapat diusahakan
antara lain dengan memakai high-filter-loss slurry atau soft plug. Lumpur
tidak sampai ke permukaan, Keadaan ini sangat berbahaya karena akan
terjadi pengurangan tekanan hidrostatis lumpur pengeboran yang
selanjutnya dapat terjadi well-kick. Usaha yang harus segera
dilakukan adalah mengisi lubang annulus dengan air yang jumlahnya harus
diperhitungkan atau lubang bor disumbat terlebih dahulu dengan bahan
penyumbat sebelum pengeboran dilanjutkan.
- Blind drilling,
Adakalanya pengeboran menembus formasi dengan tekanan yang sangat
rendah, bahkan di bawah tekanan hidrostatis air. Usaha yang dapat
dilakukan antara lain pengeboran dengan lumpur yang sangat ringan
misalnya aerated-mud atau mist-drilling sampai
mencapai formasi yang cukup keras untuk kemudian dipasang casing dan disemen.
4. Stang Bor Terjepit
4.1. Pengertian
Dalam
kenyataannya operasi pengeboran tidak selalu berjalan lancar.
Seringkali stang bor terjepit, benda-benda asing terjatuh, atau benda
yang tertinggal di dalam lubang bor (stang bor patah), semua benda ini
disebut dengan fish. Hal ini dapat menggangu kelancaran operasi
pengeboran, karena peralatan-peralatan tersebut harus dikeluarkan
terlebih dahulu dari lubang bor sebelum operasi pengeboran dapat
dilanjutkan. Operasi pembersihan lubang bor ini sering disebut sebagai pemancingan. Sedangkan peralatan khusus yang dipakai dalam operasi pemancingan ini disebut sebagai alat pancing.
Selanjutnya jenis serta ukuran dan bentuk benda yang harus dipancing
sangat berlainan, dan ini memerlukan prosedur serta peralatan yang
berbeda pula.
4.2. Jenis dan Sebab
Jenis dan sebab jepitan, dalam masalah ini ada 3 sebab utama dari terjepitnya rangkaian stang bor, yaitu:
a. Caving soughing
Caving soughing ini terjadi kibat pengeboran menembus formasi yang tidak stabil dan mudah ambruk, terutama shale. Gejala yang tampak pada masalah ini antara lain adalah:
- Tekanan pompa naik
- Serbuk bor atau cutting bertambah
- Ada sangkutan (drag, bridges)
- Torsi naik
- Bit balling
- Lumpur (viskositas naik, air fitrasi naik, gel strength naik)
Sebagai cara pencegahan terhadap masalah ini adalah pemakaian mud-practice, serta drilling-partice
yang baik. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini
antara lain dengan sirkulasi yang intensif (turnkan water loss,
pelumasan), kemudian perendaman (spotting) dengan minyak atau oil
soluble surfactant.
b. Key seat
Key seat atau lubang kunci ini
dapat terjadi pada lubang bor yang miring. Hal ini terjadi karena
gesekan rangkaian stang bor dengan dinding lubang bor bagian atas dan
membentuk semacam lubang kunci jika lubang bor dilihat dari atas.
Biasanya jepitan terjadi waktu mencabut stang bor. Untuk pencegahannya
dapat dilakukan dengan menghindari belokan tajam (dog-leg). Pada sumur
miring, belokan yang disarankan maksimum 3/100ft.
c. Defferential pressure sticking
Jepitan ini terjadi apabila:
- Formasi porous dan permeabel
- Lumpur terlalu berat sehingga tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan formasi
- Lumpur kurang stabil (water loss tinggi, mud cake tebal)
Dalam
hal ini tidak tampak adanya gejala sebelum jepitan. Jepitan jenis ini
dapat terjadi pada sumur bor miring maupun sumur bor tegak. Sebagai
tindakan pencegahan antara lain:
- Mengurangi berat lumpur serta air filtrasi, pelumasan. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan bagan oil-emulsion-mud, oil-invert-emulsion-mud atau oil-base-mud.
- Memakai stabilizer dan spiral grooved drill collar pada rangkaian bor
Ada
bermacam-macam jenis fish yang terdapat di dalam lubang bor. Jenis,
ukuran, dan bentuknya dapat bermacam-macam tergantung dari situasi serta
penyebab adanya fish tersebut. Secara umum jenis fish ini dapat dikelompokan sebagai berikut:
- Stang bor terjepit
- Stang bor lepas atau patah
- Stang bor terlepas seluruhnya atau sebagian dan terjatuh ke dalam lubang bor
- Pipa selubung (casing) terjepit, pecah, atau lepas
- Kabel swab atau kabel logging putus
-
Perabotan kecil atau benda-benda asing lainnya yang jatuh ke dalam
lubang bor. Jenis, ukuran, dan bentuk fish serta situasi dan kondisi
lubang bor banyak menentukan cara pemancingan serta alat yang
diperlukan.
4.3. Pengenalan Masalah
Sebelum mulai operasi pembersihan lubang bor dari fish
yang tertinggal, maka harus menentukan dulu perincian serta ciri-ciri
dari fish tersebut, dimana fish berada, dan sebab-sebab mengapa fish
berada di situ. Sebagai contoh pada stang bor terjepit, sebelum atau
dalam proses pengambilannya perlu diketahui ukuran stang bor, ukuran
lubang bor, tempat jepitan, sebab stang bor terjepit, dan seterusnya.
Contoh lainnya pada stang bor yang patah dan tertinggal di dalam lubang
bor, maka perlu diketahui ukuran stang bor dan ukuran lubang bor, berapa
stang bor yang tertinggal, di mana, bagaimana bentuk patahan, apakah
lubang bor miring, dan lain sebagainya. Dengan dasar pengetahuan
tersebut dapat ditentukan langkah atau cara pemancingan serta peralatan
yang diperlukan.
4.4. Jenis-Jenis Operasi dalam Pemancingan
a. Sirkulasi
Sirkulasi merupakan cara yang sering diterapkan untuk membebaskan stang bor yang terjepit, yaitu dengan cara:
-
Sirkulasi intensif dan diberi pelumas pada lumpur bor, bila stang
terjepit karena endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay. Bila jepitan karena perbedaan tekanan (differential pressure sticking) berat lumpur dapat dikurangi.
-
Perendaman, Bila pipa terjepit maka perlu dicari tempat jepitan,
biasanya jepitan terjadi karena endapan atau longsoran pasir, shale,
atau clay. Bila demikian dapat dipompakan cairan perendaman pada lokasi
tempat jepitan. Sambil direndam, pipa dicoba digerakkan naik-turun atau
diputar. Waktu perendaman dapat dilakukan secara singkat atau sampai
beberapa jam. Sebagai cairan perendam dapat dipakai minyak, oil base
mud, invert oil emulsion mud, asam klorida (HCl), atau yang populer saat
ini adalah oil soluble surfactant (misalnya pipe-lax) yang
dilarutkan dalam diesel oil, dengan jumlah rata-rata satu galon
surfactant untuk tiap barrel minyak. Dalam hal ini perlu diperhatikan
agar cairan perendam benar-benar berada di daerah jepitan.
-
Pengeboran kurung (wash over), bila stang bor yang tertinggal di dalam
lubang bor karena patah atau dipotong dalam keadaan terjepit, maka
jepitan harus dibersihkan dulu sebelum pipa dapat diangkat. Pembersihan
sekeliling pipa ini dapat dilakukan dengan pengeboran sekelilingnya.
- Sidetrack dan Abandon, adakalanya
stang bor yang terjepit tidak dapat dibebaskan. Jika demikian, terpaksa
lubang bor disumbat dengan semen (plug-back) dan kemudian pengeboran
dilanjutkan ke samping (side-track). Kemungkinan lain adalah sumur
disumbat atau ditutup lalu ditinggalkan.
4.5. Alat Pancing
Alat
pancing secara keseluruhan dapat dikelompokkan ke dalam alat pancing
itu sendiri, dan alat-alat pembantu untuk melaksanakan operasi
pemancingan, termasuk juga alat keselamatan agar rangkaian stang bor
pemancing itu sendiri tidak terjepit. Berikut adalah jenis-jenis alat
pancing:
a. Alat pancing pipa dari luar
- Die collar
- Over-shot
b. Alat pancing dari dalam
- Taper tap
- Pipe spear
c. Alat pancing benda-benda kecil
- Junk basket
- Fishing magnet
c. Alat pancing kabel
- Cable spear
d. Alat pemukul
- Bumper sub
- Jar, yaitu mechanical-rotary-jar, hydraulic-jar, dan surface-jar.
e. Alat pemotong pipa, yaitu internal-cutter dan external-cutter
f. Alat penyelamat: safety joint
g. Lain-lain: milling-shoe dan casing-roller
4.6. Rangkaian Alat Pancing
Untuk
pemancingan benda-benda, dimana ada kemungkinan tidak dapat terlepas
terutama untuk stang bor, maka disarankan agar dalam rangkaian alat
pancing tersebut dipasang alat pancing sebagai berikut :
a. Safety joint, sebagai pengaman di atas alat pancing
b. Jar atau bumper-sub, untuk memukul dan membantu melapaskan jepitan
c. Drill collar, sebagai pemberat
d. Jar accelerator, diperlukan bila jepitan tidak dalam
5. Semburan Liar (Blow-Out)
Untuk menjelaskan arti dari semburan liar atau blow-out, di sini terlebih dahulu akan diperkenalkan istilah kick,
yaitu masuknya fluida formasi (air, gas, atau minyak) ke dalam lubang
sumur. Hal ini dikarenakan lumpur pengeboran tidak dapat mengontrol
tekanan formasi yang disebabkan karena turunnya tekanan hidrostatis
lumpur pengeboran dan naiknya tekanan formasi. Lumpur pengeboran
memberikan tekanan hidrostatik kepada formasi yang akan semakin besar
sejalan dengan pertambahan kedalaman. Bila tekanan hidrostatis lebih
kecil dari tekanan formasi terjadilah kick. Fluida formasi yang sudah
masuk ke dalam lubang sumur ini mempunyai tekanan yang besar sehingga
fluida ini mengalir ke permukaan. Kalau tidak dapat dikontrol dengan
cepat maka akan terjadi semburan fluida formasi tersebut ke permukaan,
hal inilah yang disebut dengan blow-out. Bila yang menyembur
adalah minyak dan atau gas maka akan sangat berbahaya sekali, terutama
jika terdapat percikan api yang akan menyebabkan kebakaran. Apabila blow-out
berupa air maka masih dapat diusahakan untuk menutup
peralatan-peralatan pencegah semburan liar. Faktor yang mempengaruhi
tekanan hidrostatis lumpur adalah berat jenis lumpur dan ketinggian
kolom lumpur. Apabila terdapat salah satu atau keduanya yang rendah maka
akan menyebabkan turunnya tekanan hidrostatis lumpur.
5.1. Berat Jenis Lumpur Turun
Bercampurnya
fluida formasi dengan lumpur pengeboran akan menyebabkan berat jenis
lumpur turun. Hal ini dapat ditinjau dari beberapa sebab, yaitu:
a. Swab effect
Swab effect
terjadi apabila pencabutan rangkaian stang bor terlalu cepat maka
antara rangkaian stang bor dan dinding lubang bor akan mirip seperti
halnya piston dan silinder. Ruang di bawah bit yang ditinggalkan oleh
rangkaian pengeboran menjadi vakum dan fluida formasi akan tersedot
(terhisap ke dalam lubang bor). Ditambah lagi dengan viskositas lumpur
yang besar (lumpur kental) maka gerakan lumpur yang ada di atas bit
terlambat mengisi ruangan di bawah bit. Akibatnya akan masuk fluida
formasi ke dalam lubang dan bercampur dengan lumpur bor dan akan
menyebabkan berat jenis lumpur turun. Hal ini dapat menurunkan tekanan
hidrostatis dari lumpur bor.
b. Menembus formasi gas
Saat
menembus formasi gas maka cutting yang dihasilkan akan mengandung gas.
Walaupun mulanya tekanan hidrostatis lumpur dapat membendung gas supaya
tidak dapat masuk ke dalam lubang, tetapi gas dapat masuk ke dalam
lubang bersama cutting. Gas keluar dari cutting masuk ke dalam lumpur,
makin lama gas makin banyak sehingga akan menurunkan berat jenis dari
lumpur bor. Apabila hal ini terjadi maka tekanan hidrostatis lumpur
tidak dapat lagi membendung masuknya gas ke dalam sumur secara lebih
besar.
5.2. Tinggi Kolom Lumpur Turun
Bila
formasi pecah atau ada celah dan rekahan-rekahan pada lapisan di dalam
lubang bor maka lumpur bor akan masuk ke dalam lapisan yang pecah atau
bercelah tersebut, sehingga tinggi kolom lumpur akan turun. Maksudnya di
sini adalah tinggi kolom lumpur di annulus. Walaupun berat jenis lumpur
tidak turun, tekanan hidrostatis dari lumpur akan turun dengan turunnya
tinggi kolom lumpur.
II. KENDALA-KENDALA NON-TEKNIS
Selain
daripada kendala teknis yang dialami, kendala non-teknis pun sering
dijumpai saat proses pengeboran di lapangan. Keberadaan kendala ini
biasanya sangat mempengaruhi kemajuan proses pengeboran. Beberapa kendala tersebut diantaranya adalah :
1. Lokasi Base-camp (tempat tinggal sementara bagi tim pengeboran)
Pada
daerah tertentu kondisi keberadan base-camp ini harus benar-benar aman.
Aman dari gangguan yang berasal dari manusia lain di sekitar lokasi,
dan juga gangguan yang dapat muncul dari binatang-binatang buas yang
berada di sekitar lokasi tersebut. Adanya kendala-kendala ini akan
sangat mempengaruhi kinerja, serta kondisi psikologis, dan ketenangan
terhadap tim pengeboran yang akhirnya akan menghambat proses pekerjaan
pengeboran.
2. Keberadaan Titik Lokasi Pengeboran
Keberadaan
titik pengeboran harus terletak pada lokasi atau daerah yang bebas dari
masalah kepemilikan, seperti
tanah daerah sengketa, daerah-daerah yang dilindungi (cagar alam /
budaya), dll. Kendala ini keberadaannya akan sangat mempengaruhi proses
pekerjaan pengeboran terutama apabila pekerjaan pengeboran sudah
berjalan.
3. Kegiatan Pengeboran
Proses
kegiatan pengeboran harus diusahakan tidak mengganggu situasi dan
kondisi lingkungan setempat, terutama jika terletak di daerah pemukiman.
Sehingga jam-jam kerja harus diatur agar pada waktu tertentu di luar
jam kerja dapat dimanfaatkan sebagai kerja lembur, dengan tujuan untuk
mempercepat proses pengeboran selesai dengan target yang telah
ditetapkan sesuai harapan.
4. Kondisi Kesehatan Tim Pengeboran
Hal
ini harus selalu diperhatikan dan diantisipasi agar mereka dapat
bekerja secara kontinyu dan tidak terhenti karena adanya gangguan
kesehatan dari salah satu tim pengeboran. Hal ini akan sangat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kerja pengeboran.