Mesin Bor di lapangan

Mesin Bor di lapangan
Sumur Bor memakai mesin

Sabtu, 06 September 2014


      HP/ WA : 0895392632626. ( Dayat Bachtiar)
Pengeboran yang kami kerjakan kali ini memang luar biasa tingkat kesulitanya. Kalau sebelumnya kami melakukan pengeboran hanya dalam jangka 1 hari selesai dan mendapatkan air bersih, maka kalau di Dusun Giripurno ini kami masih belum menemukan sumber airnya. tentunya ini tak lepas dari kendala-kendala yang kami temui di lapangan.disisi lain hal ini cukup bisa dijadikan cerita dan pelajaran untuk pengerjaan sumur bor yang lain.
      kronologi nya.... ( hehehe.. kayak cerita kasus deh..) begini , pada awal persiapan pengeboran, pemilik lahan yang kebetulan akan dijadikan sebuah pondok pesantren di Dusun Giripurno  kota Batu tersebut , sebelumnya telah melakukan penggalian sumur secara manual . penggalian sumur ini, menurut keterangan santri dari Ponpes , memakan waktu yang cukup lama , kira-kira 4 bulan. dari penggalian sumur secara manual itu didapatkan batu kira-kira sampai 1 truck ! . Pada akhirnya Tim penggali sumur tadi menyerah karena tidak mendapatkan sumber mata air sampai kedalaman lebih kurang 20 meter. bayangkan, kalau menggali sampai kedalaman seperti itu , mengangkat bebatuan hingga 1 truck ke atas dan akhirnya angkat tangan karena mereka menemui bongkahan batu yang lebarnya tidak di ketahui ujungnya. luar biasa batu di areal ini.
    Beberapa bulan kemudian,  perwakilan dari Ponpes itu datang ke rumah kami di Singosari. kebetulan kami baru saja selesai melakukan pengeboran selama  setengah hari. Alhamdulillah di Singosari , terutama wilayah kami bermukim, untuk membuat sumur dengan sumber air bersih tidaklah terlalu sulit. hanya dalam 3 hari ( 1 hari persiapan, 1 hari proses pengeboran sedalam 20 meteran dan mendapatkan sumber , 1 hari pembersihan sumur dengan pompa air) air bersih sudah bisa di dapatkan.
   Setelah melakukan konsultasi dan pembicaraan kerjasama, akhirnya terjadi kesepakatan untuk melakukan pengeboran di area Ponpes di Dusun Giripurno. Tim kami  di bantu pihak Ponpes mulai mengangkut peralatan Mesin Bor dari Singosari ke Kota Batu . semua peralatan diangkut semuanya dalam 1 mobil pick Up . cukup praktis juga.
    Setibanya di Dusun Giripurno, kami segera menurunkan muatan , luar biasa ketinggian tempat yang akan kami Bor.Saya bahkan menyempatkan diri melihat galian sumur yang gagal di teruskan oleh tim sebelumnya. cukup dalam. batu yang saya lempar dari atas sumur, kira-kira 4-5 detik baru terdengar sampai ke dasar sumur.
    Pemilik mesin Bor kami kebetulan adalah juga bekerja di perusahaan pengeboran besar. Dia  tentunya tidak kesulitan ketika ditanya tentang titik pengeboran sehubungan dengan keberadaan sumber mata air dan menjelaskan secara tekhnis di lapangan dengan peralatan yang dibawanya.
    Seperti biasa, setelah ditentukan titik pengeboran, kami segera merakit mesin Bor, menggali tanah untuk sirkulasi air untuk membantu proses pengeboran, memasang tenda pelindung, dan membuat instalasi pipa untuk mengambil air sirkulasi. ini memakan waktu 1 hari kerja.
    Pada awal proses pengeboran kami cukup terkejut juga dengan kondisi tanah di Kota Batu ini . lapisan tanahnya cukup keras. dalam 3 hari kami baru bisa menembus 19 meter. itu pun sudah termasuk menembus bebatuan yang lebarnya  kira-kira berukuran  di bawah 1 meter.

   Hari ke empat kami mendapatkan trouble yang luar biasa. waterlost yang sangat besar. dalam 2 detik saja, air sirkulasi di permukaan sumur lenyap.
   Hari hari selanjutnya menyusul trouble - trouble yang lain. stang bor terjepit, stang bor patah  2 pipa bersama mata bor di kedalaman 21 meter,  pompa hidraulic bocor, dan kerusakan kerusakan umum lainnya pada mesin seperti  kendornya vanbelt , olie mesin berkurang, ausnya seal pompa  dan lain-lain.
    Butuh kesabaran yang besar dalam proses pengeboran di ketinggian ini. Selama proses pengeboran, beberapa penduduk sekitar mendekat dan ingin tahu tentang pengeboran yang kami lakukan, kadang-kadang miris juga mendengar cerita tentang Tim sumur bor mesin yang pernah melakukan pengeboran di areal itu. menurut cerita mereka, ada juga Tim sumur bor mesin yang pernah melakukan pengeboran hingga kedalaman 60 meter, namun menyerah karena tidak menemukan sumber air. Dan masih banyak cerita-cerita penduduk yang lain yang kadang-kadang membuat kami merasa ingin tahu lebih jauh tentang daerah ini.






Mata bor Belimbing untuk menembus tanah                                                                 









              Mata bor Coring  untuk menembus lapisan batu






 Proses pengeboran










Pisang aneh yang ada di sekitar pengeboran . buahnya keluar dari tengah pohon





Harus sabar kalau sedang ngebor batuan lapisan kedap air 











           Bengkel
suasana di lapangan



Pengeboran di daerah Kota Batu , Desa Giripurno. sudah 3 bulan masih mendapatkan 24 meter. Ini dikarenakan ada batuan yang sangat keras di dalam... kira-kira sudah 2,5 meter batu yang berhasil terangkat ke permukaan. ini belum termasuk yang hancur di dalam.
 Batuan sepanjang 2meteran  yang terangkat dari kedalaman 24 meter

    Lahan yang kami bor ini dulunya adalah kebun apel yang sudah tidak lagi produktif.banyak sekali sisa-sisa bangkai pohon apel di sekitar lahan. Tentunya saya menyayangkan hal ini, kenapa bisa terjadi?, bukankah apel adalah ikon penting di kota Batu?. lho.. kok malah curhat.. hehehehe...
   Kembli ke lap..top ! ..  Hari terus berganti  di mulai dari bulan Mei hingga saat ini memasuki bulan September.. kami masih bertahan di proses pengeboran ini. beberapa batu yang berhasil kami angkat ke permukaan  menunjukkan betapa kerasnya lapisan kedap air yang sedang kami tembus. Namun kami belum menyerah. harapan itu masih ada.beberapa hari yang lalu ada penduduk yang melihat kami, dia menceritakan kalau sudah banyak melihat orang yang mengerjakan sumur bor, dan ada satu cerita lagi yang membuat kami bersemangat kembali, bahwa di kampung tak jauh dari tempat kami mengebor, ada sumur penduduk kira-kira dalamnya sekitar 17 meter...  tentunya ini merupakan harapan yang cukup besar bagi Tim kami untuk meneruskan proses pengeboran ini.
    ********************************
video dari HP : 


Pemasangan Casing sumur. 5" untuk membantu kelancaran proses pengeboran



******************************

19 Oktober 2014 .
Kami mendapat perintah untuk mengganti motor Hidrolik dengan yang baru, hasilnya putaran mesin semakin cepat. 


Dengan semakin cepatnya putaran mata bor , maka proses pengeboran makin bertambah dalam.Bahkan air mulai nampak berwarna putih, hal ini menandakan kalau ujung mata bor menembus lapisan tanah padas. setelah melakukan pengangkatan mata bor, kami segera membuka jebakan batu yang berada diatas mata bor.



Hasilnya ada batu yang berhasil dikeluarkan dari  pipa.
 



Nampaknya mata bor menembus lapisan bebatuan yang makin keras.















Batu batu yang terangkat kali ini kalau di ukur panjangnya lebih kurang 1 meteran.  maka jika ditotal dengan panjang batu yang terangkat sebelumnya bisa mencapai  sekitar  3,5 meteran lebih . ini belum termasuk batuan yang hancur di dalam.
Sumur bor saat ini menjadi pilihan terbaik sebagai sumber air yang baik digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.  karena sumur bor ini menggunakan air tanah yang masih alami, air sumur bor ini terjamin steril dari pencemaran zat-zat kimia apa pun. Meskipun masih mengandung sejumlah bakteri, namun bakteri-bakteri yang terdapat di dalam air sumur bor bisa dimatikan dengan cara dipanaskan dalam suhu 100 derajat celcius. Anda hanya merebus air sumur bor ini hingga mendidih, maka air rebusan tersebut boleh dikonsumsi tanpa harus mengkhawatirkan bacteria atau mikroorganisme lain yang terdapat pada air sumur. Sebelum membuat sumur bor, sebaiknya anda perhatikan beberapa hal penting berikut ini.

Lokasi sumur bor Dalam memilih lokasi sumur bor, sebaiknya anda tidak memilih lokasi sumur bor yang dekat dengan tempat pembuangan/ sepitenk, WC/ Toilet, dan kamar mandi. Hal ini sangat penting agar air sumur yang dihasilkan tidak terkontaminasi dengan air yang berasal dari pembuangan. Jarak ideal antara sumur bor dan tempat pembuangan, kamar mandi, dan WC/ Toilet adalah sekitar 5m  untuk jenis/ tekstur tanah liat. Sedangkan jika rumah anda berada di kawasan yang mempunyai jenis tanah berpasir, sebaiknya anda tempatkan  sumur bor anda sekitar 7,5 m dari tempat pembuangan, WC/ Toilet, dan kamar mandi

Berikut ini adalah gambar mengenai kondisi Sumur Bor yang telah kami kerjakan di daerah Dinoyo, Malang
Sumur bor adalah salah satu jenis sumur buatan yang dibuat dengan bantuan alat bor untuk mencapai kedalaman sumur yang cukup sehingga akan bertemu dengan sumber air tanah yang melimpah.
Suplai air pada dasarnya sangat melimpah karena sebagian besar bumi ini  memiliki wilayah perairan yang lebih luas daripada daratan. Lautan, teluk, sungai, danau, dan bahkan sungai bawah tanah yang kita tidak bisa lihat secara kasat mata adalah pembagian-pembagian wilayah perairan di bumi ini. Besarnya wilayah perairan di bumi seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan bagi seluruh makhluk  hidup yang tinggal di bumi termasuk manusia. Namun sayangnya, karena keserakahan manusia bumi menjadi rusak dan salah satu dampak dari  kerusakan bumi adalah berkurangnya suplai air di bumi akibat berkurangnya daerah resapan air, pembalakan liar, penggundulan hutan, dan masih banyak kerusakan lainnya yang disebabkan oleh manusia. Suplai air yang berkurang kemudian membuat manusia mengalami kesulitan untuk mendapatkan suplai air.


Sumur bor saat ini prosentase penggunaannya terus mengalami peningkatan.
 Hal ini dikarenakan beberapa kelebihan yang dimiliki seperti tidak
membutuhkan tempat yang luas seperti sumur biasa. Bagi yang punya lahan
sangat terbatas tentu hal ini sangat menguntungkan sekali. Apalagi
ongkos untuk membuat sumur bor jauh lebih irit dibanding dengan membuat
sumur galian atau konvesional. 

Dulu untuk membuat sumur bor, kebanyakan orang menggunakan sistem manual
 saja. Alat yang dipakai masih sangat sederhana sekali. Mata bornya
yaitu berupa pipa yang ukuran diameternya tiga hingga empat inchi dan
panjangnya kurang lebih dua meter. Kemudian pada bagian ujung yang ada
di atas diberi pipa kecil yang ukurannya sekitar satu inchi yang
fungsinya sebagai alat untuk menyambung pipa batangan yang lain. 




Pipa batangan yang berguna sebagai sambungan ini ukuran panjangnya
adalah enam meter. Dan setiap mencapai kedalaman tersebut, pipa
sambungan ditambah lagi sampai dengan ukuran yang ditentukan atau hingga
 kedalaman tertentu sampai sumur bor tersebut bisa memancarkan airnya.

Kemudian ada lagi pipa silang atau perempatan yang dipakai untuk
pegangan ketika pipa atau bor diputar sambil ditekan dan dimasukan ke
dalam tanah. Pada umumnya pipa perempatan ini pada bagian atasnya diberi
 tambahan beban yaitu karung goni yang diisi dengan tanah hingga
beratnya mencapai sekitar duapuluh kilogram. Tujuannya yaitu agar bisa
memberi tekanan yang lebih kuat kepada mata bor sehingga lebih mudah
melesak ke dalam tanah. Pipa silang ini ada yang dibuat dari pipa besi
biasa namun ada pula yang membuatnya dari bahan kayu.

Peralatan terakhir yaitu kunci monyet. Bentuk kunci ini nyaris sama
dengan kunci inggris tapi punya ukuran yang lebih besar. Gunanya adalah
untuk melepas atau memasang pisa sambungan menggunakan pipa kecil
seperti yang telah dijelaskan di atas.





Karena menggunakan tenaga manusia, tentu saja pembuatan sumur bor manual
 ini membutuhkan waktu yang lebih lama. Bahkan jika ada di lokasi
dataran tinggi dan airnya tidak segera muncul, prosesnya bisa memakan
waktu berminggu-minggu atau dalam hitungan bulan. Sebab sumur bor
tersebut membutuhkan ukuran pengeboran yang lebih dalam lagi hingga
puluhan meter. 

Terlebih lagi jika kondisi tanahnya terlalu keras, bisa menimbulkan
resiko kegagalan. Kondisi ini lebih sering terjadi ketika mata bor
mengenai batu yang keras sejenis granit misalnya. Bukan hanya pembuatan
sumur bornya saja yang gagal, namun mata bor bisa menjadi rusak dan
tidak bisa digunakan lagi. 

Sedangkan untuk pembuatan sumur bor yang menggunakan mesin, tentu waktu
yang dibutuhkan jauh lebih singkat, hanya dalam hitungan hari saja sumur
 tersebut sudah bisa digunakan secara langsung. Dan karena semua
peralatannya dibuat dengan teknologi modern, kemampuannya untuk menembus
 batu keras bukan merupakan halangan yang berarti. Mata bor yang memakai
 mesin bisa menembusnya dengan mudah. Jadi resiko terjadinya peristiwa
kegagalan nyaris tidak pernah terjadi.

Namun untuk masalah harga, pembuatan sumur bor yang menggunakan mesin
selalu mematok harga yang lebih mahal. Karena harga mesin untuk
melakukan pengeboran ini juga tidak murah. Peralatan yang digunakan juga
 lebih komplit dan sistem pengoperasian mesinnya membutuhkan bahan bakar
 yang tidak sedikit. 

Tapi sebelum menentukan harga pembuat sumur bor baik yang memakai sistem
 manual maupun mesin akan sama-sama melakukan pengecekan lebih dahulu
apakah lahan yang mau digunakan untuk membuat sumur bor termasuk tanah
yang keras atau lunak dan perkiraan kedalaman yang harus dibor sehingga
bisa menemukan sumber mata air yang bagus. Dua faktor utama inilah yang
sering menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan harga pengeboran.
Demikianlah perbandingan sumur bor mesin dan manual, semoga bisa
bermanfaaat. 


 Proses pembersihan sumur setelah pengeboran selesai sampai mendapatkan air yang jernih





 Info Sumur Bor
Di beberapa daerah di DKI Jakarta, Dan sekitarnya, bahkan di sebagian besar wilayah Indonesia, banyak dikeluhkan kondisi air yang kuning, Bau besi atau bau karat serta mengandung Zat besi ( Fe ) yang diambang batas yang diperbolehkan oleh PDAM/PAM.

Hal ini dikeluhkan oleh masyarakat dikarenakan sifatnya yang merusak sehingga jika digunakan untuk mencuci baju, dalam sekian waktu tertentu baju tersebut akan menjadi kuning atau tidak putih lagi, Dan jika digunakan untuk mandi di kulit akan terasa tidak nyaman. Bahkan Jika digunakan untuk mengepel lantai, maka lantai akan rusak menjadi warna kuning dan merusak kamar mandi, halaman depan, carport, dan bahkan mobil kesayangan anda.

Kondisi ini banyak merugikan pengguna air, Biasanya dengan melakukan pengeboran yang dalam Kondisi air ini dapat diatasi, hanya saja di beberapa daerah kondisi pengeboran yang dikarenakan lokasi di kedalaman tertentu memiliki kontur tanah berbatu sehingga untuk beberapa perusahaan pengeboran local (Tukang Pantek sumur) tidak dapat diatasi karena keterbatasan alat – alat pengeboran.

Di kami untuk dilokasi berbatu kami sudah berpengalaman untuk mengatasi berbagai jenis batuan tanah, hanya saja waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan explorasi tersebut sedikit terlambat dari jadwal biasanya dan untuk itu pelanggan sebelum melakukan kegiatan explorasi, menentukan konsultan pengeboran juga harus teliti sebelum melakukan kontrak explorasi air tanah.

Sabtu, 17 Mei 2014

KENDALA-KENDALA TEKNIS DAN NON-TEKNIS
I.  KENDALA-KENDALA TEKNIS
Berbicara mengenai kendala, sering kali membuat kita ragu dan pesimis untuk melangkah dalam melakukan hal apapun yang harus kita kerjakan, termasuk dalam perjalanan kami melayani permintaan pelanggan. Dalam kenyataannya pengeboran tidak selalu berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan, berbagai macam hambatan sering kali terjadi. Hambatan ini biasa disebut sebagai hole-problems atau downhole-problems, yang dapat terjadi karena masalah-masalah di dalam lubang bor maupun di permukaan. Penyebab permasalahan ini misalnya karena mesin mati, rangkaian bor rusak, penyebab dari formasi, dan lain sebagainya. Hambatan dalam pengeboran ini dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut:
1.  Tidak sempurnanya lubang yang diperoleh 
2.  Caving shale problem 
3.  Hilangnya lumpur pengeboran ( lost-circulation atau water-lost 
4.  Pipa terjepit 
5.  Semburan liar ( blow-out

Jenis-jenis hambatan ini dapat terjadi sendiri-sendiri, bersamaan, atau satu masalah akan mempengaruhi masalah yang lain.

Hilangnya lumpur pengeboran ( lost-circulation atau water-lost )

Semburan liar ( blow-out )
   
Lokasi pengeboran di area terbuka
Hambatan-hambatan tersebut sering kali terjadi dan tentunya dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Namun demikian, belajar dari pengalaman dengan penanganan yang benar diharapkan hambatan dan kerugian tersebut dapat diminimalisir dengan baik.

1.  Masalah Pada Pengeboran Inti (Coring) 
Idealnya lubang yang diperoleh pada pengeboran berbentuk sempurna dan tidak mengalami kerusakan, tetapi pada kenyataannya hal ini sukar diperoleh. Bentuk-bentuk permasalahan pada lubang yang mungkin dapat dijumpai di lapangan dapat berupa: 
1.1. Lubang terpotong menyerupai spiral yang diakibatkan oleh gangguan pada bit 
1.2. Perubahan mendadak pada diameter lubang yang diakibatkan oleh pergantian bit setelah menembus batuan induk.
1.3. Lubang berbentuk ulir yang diakibatkan dari tekanan bit yang terlalu besar 
1.4. Core blocking yang muncul diakibatkan oleh adanya displacement fragmen bebatuan sepanjang bidang belahannya 

2. Caving Shale Problem
Pada saat proses pengeboran menembus lapisan shale, mempunyai permasalahan tersendiri. Menjaga agar shale stabil, tidak ambruk atau longsor merupakan suatu masalah, dan tidak terdapat suatu cara pasti yang dapat diterapkan untuk semua keadaan tersebut. Untuk mengurangi masalah ini, maka biasanya pengeboran dilaksanakan dengan menerapkan drilling-practice yang baik dan penggunaan mud-practice yang tepat. Karena ambrukan atau longsornya shale, maka akibat selanjutnya yang dapat muncul antara lain: 
2.1. Lubang bor membesar 
2.2. Masalah pembersihan lubang bor 
2.3. Pipa bor terjepit 
2.4. Bridges dan fill-up 
2.5. Kebutuhan lumpur bertambah 
2.6. Penyemenan yang kurang sempurna 
2.7. Kesulitan dalam pelaksanaan logging dan lain-lainnya
2.1. Jenis-Jenis Shale 
Jenis-jenis shale ini biasanya merupakan lapisan yang diendapkan pada cekungan marine, terutama terdiri dari lumpur, silt, dan clay, dalam bentuknya yang lunak biasanya disebut clay. Semakin dalam maka tekanan dan temperatur akan semakin tinggi sehingga endapan ini (clay) akan mengalami perubahan bentuk dan disebut sebagai shale. Selanjutnya perubahan bentuk karena proses metamorfosa disebut slate, phylite, atau mica schist. Bila shale mengandung banyak pasir disebut arenaceous shale, sedangkan yang mengandung banyak material organik disebut carbonaceous shale. Shale mengandung berbagai jenis mineral lempung yang sebagian berhidrasi tinggi. Shale yang mengandung banyak mineral montmorilonite akan berhidrasi tinggi, yaitu akan menyerap air dalam kapasitas yang besar. Biasanya shale terdapat dalam formasi yang relatif tidak dalam. 

a.  Pressure Shale 
Pressure Shale merupakan batuan endapan yang biasanya terdapat di daerah yang luas, adakalanya terdapat pula kontak dengan endapan pasir. Dengan semakin tebal lapisan di atasnya karena proses pengendapan terus berlangsung maka tekanan overburden akan semakin besar. Pada proses compaction atau pemadatan ini cairan-cairan yang berada di dalam lapisan shale akan tertekan keluar dan masuk ke dalam batuan yang porous (permeabel) dan tidak kompresibel misalnya batu pasir. Akibatnya cairan terperangkap dan tertekan di dalam pasir, dan tekanan dapat mencapai tekanan yang relatif tinggi bahkan dapat menyamai tekanan overburden itu sendiri. Selanjutnya pada saat lapisan tersebut dilakukan pengeboran bisa terjadi situasi dimana tekanan hidrostatis lumpur lebih kecil daripada tekanan formasi. Perbedaan tekanan ini dapat mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor pada waktu pengeboran sedang berlangsung. Cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menaikan tekanan pada dasar lubang bor, dalam hal ini menaikan berat lumpur. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar lubang bor tetap terisi penuh pada waktu mencabut dan memasukkan stang bor, serta mengurangi kemungkinan swabbing dengan jalan menurunkan viskositas dan gel-strength

b.  Mud Making Shale 
Mud Making Shale ini adalah shale yang sangat sensitif terhadap air atau lumpur. Jenis ini dapat berupa shale bentonit yang bisa menghisap air (hidrasi). Cara menghadapi shale jenis ini adalah pengeboran dengan memakai cairan pengeboran yang tidak berpengaruh atau bereaksi dengan shale. Jenis-jenis lumpur yang dipakai dalam hal ini antara lain lime mud, gyp mud, calcium chloride mud, salt mud, dan yang banyak dipakai saat ini adalah lignosulfonate mud serta oil mud. Namun demikian jenis-jenis lumpur ini pun tidak seluruhnya mampu mengatasi masalah shale ini. Sehingga yang dapat diusahakan adalah bagaiman agar shale ini tidak terhidrasi atau bereaksi dengan lumpur ataupun air fitrasi, salah satu cara bisa dipakai lumpur dengan air filtrasi yang sangat rendah. 
Hal lain yang berpengaruh dalam menghadapi shale ini antara lain adalah: 
-   Keasaman diusahakan konstan pada pH sekitar 8.5 - 9.5 
-   Densitas atau berat lumpur cukup untuk menahan dinding lubang bor 
-   Air filtrasi diusahakan rendah 

c.  Stressed Shale
Shale jenis ini tidak banyak bereaksi atau terhidrasi dengan air, tetapi mudah ambruk. Problem ini akan makin besar bila lapisan mengalami kemiringan dan ditambah lagi bila menjadi basah oleh air atau lumpur. 

2.2. Sebab-Sebab dan Cara Penanganan Shale Problem 
a.  Sebab dan Gejala
Penyebab dan gejala masalah shale ini dapat dikelompokkan dari segi lumpur maupun dari segi drilling practice atau mekanis. Beberapa penyebab dari kelompok mekanis ini antara lain: 
-   Erosi karena kecepatan lumpur di annulus yang telalu tinggi 
-   Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor 
-  Adanya penekanan ( pressure surge ) atau penyedotan ( swabbing ) pada waktu mengangkat dan memasukkan stang bor atau mata bor 
-   Adanya tekanan dari dalam formasi 
-   Adanya air filtrasi atau lumpur yang masuk ke dalam formasi 

Secara umum dapat dikatakan bahwa pembesaran lubang bor dan masalah shale berkaitan dengan dua masalah pokok, yaitu tekanan formasi dan kepekaan terhadap lumpur atau air filtrasi. Gejala-gejala yang sering tampak bila sedang menghadapi masalah shale antara lain: 
-   Tekanan (beban) pompa naik 
-   Serbuk bor (cutting) bertambah banyak 
-   Lumpur menjadi kental 
-   Air filtrasi bertambah 
-   Bridges dan fill-up, adanya endapan cutting di dalam lubang bor 
-   Torsi bertambah besar 
-   Bit balling 

b.  Penanganan Shale Problem
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah shale ini antara lain adalah sebagai berikut: 
-   Penggunaan lumpur yang baik 
-   Densitas lumpur yang cukup untuk menahan tekanan formasi 
-   Keasaman lumpur yang sesuai ( pH sekitar 8.5 - 9.5 ) 
-   Filtrasi rendah 
-   Mengurangi kecepatan aliran lumpur di annulus 
-   Pipa bor diusahakan betul-betul dalam keadaan lurus 
-   Mengurangi atau menghindari kemiringan lubang bor 
-  Mengindari swabbing atau pressure surge pada saat mencabut dan memasukkan stang bor atau mata bor. 

3.  Hilangnya Lumpur Pengeboran (Lost-Circulation atau Water-Lost) 
3.1. Pengertian 
Hilangnya lumpur pengeboran merupakan proses masuknya lumpur ke dalam formasi. Hilangnya lumpur ini merupakan masalah lama dan sering terjadi dalam pengeboran, banyak terjadi di mana-mana serta pada kedalaman yang berbeda-beda. Hilangnya lumpur ini dapat terjadi bila tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan formasi. 

3.2. Sebab-Sebab Hilangnya Lumpur Pengeboran (water-lost
ditinjau dari segi formasi, maka hilangnya lumpur dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 

a.  Coarseley permeable formation 
Contoh dari jenis formasi ini adalah pasir dan gravel, namun tidak semua jenis formasi ini menyerap lumpur. Formasi ini dapat menyerap lumpur apabila tekanan hidrostatis lumpur lebih besar daripada tekanan formasi. Selain itu ada pengertian bahwa lumpur mampu masuk ke dalam formasi bila diameter lubang atau pori-pori sedikitnya tiga kali lebih besar terhadap diameter butiran atau partikel padat dari lumpur.
b.  Cavernous formation 
Hilangnya lumpur ke dalam reef, gravel, atau pun formasi yang mengandung banyak gua-gua sudah dapat diduga sebelumnya. Gua-gua ini banyak terdapat pada formasi batu kapur (limestone dan dolomite).

c.  Fissure, fractures, dan faults 
Ini merupakan celah-celah dan retakan di dalam formasi. Bila hilangnya lumpur ini terjadi tidak pada formasi permeabel atau batukapur, biasanya ini terjadi karena celah-celah dan retakan tersebut. Fractures dapat bersifat alamiah karena proses-proses geologi, tetapi juga dapat terjadi karena sebab-sebab mekanis selama pengeboran (induced fractures). Fractures ini dapat disebabkan antara lain:
-   Penekanan (pressure surge) pada waktu masuknya stang bor atau mata bor 
-   Adanya kenaikan tekanan karena drilling practice yang tidak benar, misalnya seperti tekanan pompa terlalu tinggi, lumpur terlalu kental, gel strength terlalu besar. 
-   Hilangnya lumpur dapat juga terjadi karena perlakuan yang kurang sesuai, misalnya menjalankan pompa secara mengejutkan, dan lain sebagainya. 

3.3. Hilangnya lumpur karena sifat lumpur dan operasional pengeboran
Hilangnya lumpur pengeboran tidak hanya terjadi dengan dipengaruhi oleh faktor formasi saja, akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh sifat lumpur dan juga operasional pengeboran yang akan dijelaskan sebagai berikut: 

a.  Squeeze effect 
Saat menurunkan rangkaian stang bor terlalu cepat dan ditambah lumpur yang kental, maka lumpur yang berada di bawah mata bor akan terlambat naik ke annulus di atas mata bor. Hal ini menyebabkan lumpur di bawah mata bor tertekan ke formasi karena kondisi antara rangkaian stang bor dengan lubang seperti sebuah piston. Peristiwa ini dikenal sebagai squeeze effect. Akibat dari squeeze effect dapat menyebabkan formasi pecah dan lumpur masuk ke formasi.
b.  Berat jenis lumpur yang tinggi 
Karena berat jenis lumpur yang digunakan terlalu tinggi, maka tekanan hidrostatis lumpur akan menjadi besar. Bila menemui lapisan yang tekanan rekahannya kecil maka formasi akan terjadi rekahan-rekahan dan akibatnya adalah sama seperti yang diuraikan di atas.
c.  Viskositas lumpur yang tinggi 
Bila viskositas lumpur terlalu tinggi, maka tekanan sirkulasi lumpur di annulus akan cukup tinggi yang mengakibatkan formasi pecah bila formasi tidak kuat.
d.  Gel strength 
Lumpur yang memiliki tinggi gel-strength sangat penting pada saat tidak ada sirkulasi, yaitu akan menahan cutting supaya tidak turun ke dasar lubang. Dalam kondisi ini material pembuat lumpur diusahakan tidak menumpuk di dasar lubang. Apabila gel-strength tinggi maka untuk memulai sirkulasi yang sempat terhenti akan diperlukan tenaga pompa yang cukup besar. Bila formasi tidak sanggup menahan tekanan pompa yang besar ini maka formasi akan pecah.
e.  Pemompaan yang mengejutkan 
Pemompaan lumpur yang mengejutkan akan menyebabkan formasi pecah jika formasi tidak kuat. Akibatnya adalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada waktu mata bor menembus formasi ini maka lumpur akan mengisi gua, celah, dan rekahan yang ada. 

3.4. Tindakan Pencegahan
Pengalaman menunjukkan bahwa sekitar 50% dari hilangnya lumpur pengeboran terjadi karena induced fracture. Dalam hal ini hilangnya lumpur dapat terjadi dimana tidak terlalu terpengaruh oleh jenis formasi. Dengan demikian pencegahan akan lebih murah daripada mengatasi hilangnya lumpur pengeboran bila sudah terjadi. Beberapa hal yang perlu diingat untuk pencegahan antara lain: 

a.  Berat lumpur 
Berat lumpur perlu juga dijaga agar tetap minimum sekedar mampu mengimbangi tekanan formasi. Serbuk bor (cutting) yang berada di annulus juga mengakibatkan penambahan berat lumpur, sehingga pembersihan lubang bor memegang peranan yang sangat penting.
b.  Viscosity dan gel-strength 
Gel strength juga harus dijaga agar tetap kecil, gel-strength yang besar memerlukan tenaga yang besar pula untuk menyirkulasikan gel tersebut, dan tenaga yang besar ini akan dapat mengakibatkan pecahnya formasi. Disarankan agar rotary-table dan spindle digerakkan terlebih dulu sebelum menjalankan pompa, disamping itu dalam menjalankan pompa tidak dilakukan dengan mengejutkan (perlahan-lahan dalam membuka kran atau katup). 

c.  Penurunan stang bor dan mata bor
Pada saat menurunkan stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya pressure surge untuk mencegah pecahnya formasi, juga pada waktu mencabut atau menaikkan stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya swabbing

d.  Gunakan lumpur pengeboran yang baik dan stabil 
Harus dipergunakan lumpur pengeboran yang baik dan stabil. Hal ini dilakukan untuk dapat mengurangi negative-mud seperti caving dan sloughing-bridging

3.5. Cara Mengatasi Hilangnya Lumpur Pengeboran 
Cara mengatasi hilangnya lumpur pengeboran ini sangat berbeda antara satu dengan yang lain, tergatung dari sebab-sebab, sifat formasi, dan sebagainya. 
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengatasi hilangnya lumpur pengeboran:
a.  Bahan penyumbat 
Dalam mengatasi hilangnya lumpur pengeboran dipergunakan bahan penyumbat antara lain: 
-   Granular material sepeti nut-shells, nut-plug, dan tuff-plug 
-   Fibrous material seperti leather-floc, fiber-seal, dan chip-seal.
-   Flakes, seperti mica dan cellophare 
-   Kombinasi dari jenis bahan-bahan tersebut di atas. Demikian pula ukurannya dapat dicampur dari yang halus (fine), medium, serta yang kasar (coarse). 
-   Heat expanded material, seperti expanded-perlite 
-  Bahan-bahan khusus seperti high filter loss slurry, bentonite diesel oil slurry, atau bentonite diesel oil cemen slurry

b.  Seepage losses 
Adalah bila hilangnya lumpur pengeboran dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu kurang dari 15 bbl/ jam, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah:
-  Mengurangi berat lumpur pengeboran, tekanan pompa, dan periode menunggu. Dapat dicoba menambahkan bahan penyumbat dengan cara menyiapkan bahan-bahan penyumbat dengan lumpur khusus untuk membawa bahan-bahan tersebut sekitar 200bbl. 
-  Bahan penyumbat akan lebih baik apabila terdiri dari bermacam-macam jenis serta ukuran dengan konsentrasi sekitar 25 - 35 lbs/ bbl lumpur. Apabila hilangnya lumpur pengeboran makin besar maka jumlah serta ukuran bahan penyumbat harus diperbesar. 
-  Bahan penyumbat dipompakan ke dalam lubang bor, pada saat bahan penyumbat sampai pada dasar mata bor, maka pengeboran dapat dimulai lagi. Dengan demikian sirkulasi lumpur bor akan kembali normal (seimbang). Apabila sirkulasi masih belum normal maka penyumbatan dengan batch-method ini dapat diulang hingga berhasil.
-  Complete loss of returns, Adakalanya lumpur pengeboran tidak keluar kembali dari lubang bor, tetapi lubang bor tetap penuh. Hal yang dapat diusahakan antara lain dengan memakai high-filter-loss slurry atau soft plugLumpur tidak sampai ke permukaan, Keadaan ini sangat berbahaya karena akan terjadi pengurangan tekanan hidrostatis lumpur pengeboran yang selanjutnya dapat terjadi well-kick. Usaha yang harus segera dilakukan adalah mengisi lubang annulus dengan air yang jumlahnya harus diperhitungkan atau lubang bor disumbat terlebih dahulu dengan bahan penyumbat sebelum pengeboran dilanjutkan. 
-  Blind drilling, Adakalanya pengeboran menembus formasi dengan tekanan yang sangat rendah, bahkan di bawah tekanan hidrostatis air. Usaha yang dapat dilakukan antara lain pengeboran dengan lumpur yang sangat ringan misalnya aerated-mud atau mist-drilling sampai mencapai formasi yang cukup keras untuk kemudian dipasang casing dan disemen. 

4.  Stang Bor Terjepit 

4.1. Pengertian 
Dalam kenyataannya operasi pengeboran tidak selalu berjalan lancar. Seringkali stang bor terjepit, benda-benda asing terjatuh, atau benda yang tertinggal di dalam lubang bor (stang bor patah), semua benda ini disebut dengan fish. Hal ini dapat menggangu kelancaran operasi pengeboran, karena peralatan-peralatan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu dari lubang bor sebelum operasi pengeboran dapat dilanjutkan. Operasi pembersihan lubang bor ini sering disebut sebagai pemancingan. Sedangkan peralatan khusus yang dipakai dalam operasi pemancingan ini disebut sebagai alat pancing. Selanjutnya jenis serta ukuran dan bentuk benda yang harus dipancing sangat berlainan, dan ini memerlukan prosedur serta peralatan yang berbeda pula. 

4.2. Jenis dan Sebab
Jenis dan sebab jepitan, dalam masalah ini ada 3 sebab utama dari terjepitnya rangkaian stang bor, yaitu: 

a.  Caving soughing
Caving soughing ini terjadi kibat pengeboran menembus formasi yang tidak stabil dan mudah ambruk, terutama shale. Gejala yang tampak pada masalah ini antara lain adalah: 
-   Tekanan pompa naik 
-   Serbuk bor atau cutting bertambah 
-   Ada sangkutan (drag, bridges) 
-   Torsi naik 
-   Bit balling 
-   Lumpur (viskositas naik, air fitrasi naik, gel strength naik) 

Sebagai cara pencegahan terhadap masalah ini adalah pemakaian mud-practice, serta drilling-partice yang baik. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain dengan sirkulasi yang intensif (turnkan water loss, pelumasan), kemudian perendaman (spotting) dengan minyak atau oil soluble surfactant. 

b.  Key seat 
Key seat atau lubang kunci ini dapat terjadi pada lubang bor yang miring. Hal ini terjadi karena gesekan rangkaian stang bor dengan dinding lubang bor bagian atas dan membentuk semacam lubang kunci jika lubang bor dilihat dari atas. Biasanya jepitan terjadi waktu mencabut stang bor. Untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan menghindari belokan tajam (dog-leg). Pada sumur miring, belokan yang disarankan maksimum 3/100ft. 

c.  Defferential pressure sticking
Jepitan ini terjadi apabila: 
-   Formasi porous dan permeabel 
-   Lumpur terlalu berat sehingga tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan formasi 
-   Lumpur kurang stabil (water loss tinggi, mud cake tebal) 

Dalam hal ini tidak tampak adanya gejala sebelum jepitan. Jepitan jenis ini dapat terjadi pada sumur bor miring maupun sumur bor tegak. Sebagai tindakan pencegahan antara lain: 
-   Mengurangi berat lumpur serta air filtrasi, pelumasan. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan bagan oil-emulsion-mud, oil-invert-emulsion-mud atau oil-base-mud. 
-   Memakai stabilizer dan spiral grooved drill collar pada rangkaian bor 
Ada bermacam-macam jenis fish yang terdapat di dalam lubang bor. Jenis, ukuran, dan bentuknya dapat bermacam-macam tergantung dari situasi serta penyebab adanya fish tersebut. Secara umum jenis fish ini dapat dikelompokan sebagai berikut: 
-   Stang bor terjepit 
-   Stang bor lepas atau patah 
-   Stang bor terlepas seluruhnya atau sebagian dan terjatuh ke dalam lubang bor 
-   Pipa selubung (casing) terjepit, pecah, atau lepas 
-   Kabel swab atau kabel logging putus 
-  Perabotan kecil atau benda-benda asing lainnya yang jatuh ke dalam lubang bor. Jenis, ukuran, dan bentuk fish serta situasi dan kondisi lubang bor banyak menentukan cara pemancingan serta alat yang diperlukan. 

4.3. Pengenalan Masalah 
Sebelum mulai operasi pembersihan lubang bor dari fish yang tertinggal, maka harus menentukan dulu perincian serta ciri-ciri dari fish tersebut, dimana fish berada, dan sebab-sebab mengapa fish berada di situ. Sebagai contoh pada stang bor terjepit, sebelum atau dalam proses pengambilannya perlu diketahui ukuran stang bor, ukuran lubang bor, tempat jepitan, sebab stang bor terjepit, dan seterusnya. Contoh lainnya pada stang bor yang patah dan tertinggal di dalam lubang bor, maka perlu diketahui ukuran stang bor dan ukuran lubang bor, berapa stang bor yang tertinggal, di mana, bagaimana bentuk patahan, apakah lubang bor miring, dan lain sebagainya. Dengan dasar pengetahuan tersebut dapat ditentukan langkah atau cara pemancingan serta peralatan yang diperlukan. 

4.4. Jenis-Jenis Operasi dalam Pemancingan
a.  Sirkulasi 
Sirkulasi merupakan cara yang sering diterapkan untuk membebaskan stang bor yang terjepit, yaitu dengan cara: 
-  Sirkulasi intensif dan diberi pelumas pada lumpur bor, bila stang terjepit karena endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay. Bila jepitan karena perbedaan tekanan (differential pressure sticking) berat lumpur dapat dikurangi. 
-  Perendaman, Bila pipa terjepit maka perlu dicari tempat jepitan, biasanya jepitan terjadi karena endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay. Bila demikian dapat dipompakan cairan perendaman pada lokasi tempat jepitan. Sambil direndam, pipa dicoba digerakkan naik-turun atau diputar. Waktu perendaman dapat dilakukan secara singkat atau sampai beberapa jam. Sebagai cairan perendam dapat dipakai minyak, oil base mud, invert oil emulsion mud, asam klorida (HCl), atau yang populer saat ini adalah oil soluble surfactant (misalnya pipe-lax) yang dilarutkan dalam diesel oil, dengan jumlah rata-rata satu galon surfactant untuk tiap barrel minyak. Dalam hal ini perlu diperhatikan agar cairan perendam benar-benar berada di daerah jepitan. 
-   Pengeboran kurung (wash over), bila stang bor yang tertinggal di dalam lubang bor karena patah atau dipotong dalam keadaan terjepit, maka jepitan harus dibersihkan dulu sebelum pipa dapat diangkat. Pembersihan sekeliling pipa ini dapat dilakukan dengan pengeboran sekelilingnya. 
-   Sidetrack dan Abandon, adakalanya stang bor yang terjepit tidak dapat dibebaskan. Jika demikian, terpaksa lubang bor disumbat dengan semen (plug-back) dan kemudian pengeboran dilanjutkan ke samping (side-track). Kemungkinan lain adalah sumur disumbat atau ditutup lalu ditinggalkan.

4.5. Alat Pancing
Alat pancing secara keseluruhan dapat dikelompokkan ke dalam alat pancing itu sendiri, dan alat-alat pembantu untuk melaksanakan operasi pemancingan, termasuk juga alat keselamatan agar rangkaian stang bor pemancing itu sendiri tidak terjepit. Berikut adalah jenis-jenis alat pancing:

a.  Alat pancing pipa dari luar 
     -   Die collar 
     -   Over-shot 
b.  Alat pancing dari dalam
     -   Taper tap 
     -   Pipe spear 
c.  Alat pancing benda-benda kecil 
     -   Junk basket 
     -   Fishing magnet 
c.  Alat pancing kabel 
     -   Cable spear 
d.  Alat pemukul 
     -   Bumper sub 
     -   Jar, yaitu mechanical-rotary-jar, hydraulic-jar, dan surface-jar
e.  Alat pemotong pipa, yaitu internal-cutter dan external-cutter 
f.   Alat penyelamat: safety joint 
g.  Lain-lain: milling-shoe dan casing-roller 

4.6. Rangkaian Alat Pancing
Untuk pemancingan benda-benda, dimana ada kemungkinan tidak dapat terlepas terutama untuk stang bor, maka disarankan agar dalam rangkaian alat pancing tersebut dipasang alat pancing sebagai berikut : 
a.  Safety joint, sebagai pengaman di atas alat pancing 
b.  Jar atau bumper-sub, untuk memukul dan membantu melapaskan jepitan 
c.  Drill collar, sebagai pemberat 
d.  Jar accelerator, diperlukan bila jepitan tidak dalam 

5.  Semburan Liar (Blow-Out) 
Untuk menjelaskan arti dari semburan liar atau blow-out, di sini terlebih dahulu akan diperkenalkan istilah kick, yaitu masuknya fluida formasi (air, gas, atau minyak) ke dalam lubang sumur. Hal ini dikarenakan lumpur pengeboran tidak dapat mengontrol tekanan formasi yang disebabkan karena turunnya tekanan hidrostatis lumpur pengeboran dan naiknya tekanan formasi. Lumpur pengeboran memberikan tekanan hidrostatik kepada formasi yang akan semakin besar sejalan dengan pertambahan kedalaman. Bila tekanan hidrostatis lebih kecil dari tekanan formasi terjadilah kick. Fluida formasi yang sudah masuk ke dalam lubang sumur ini mempunyai tekanan yang besar sehingga fluida ini mengalir ke permukaan. Kalau tidak dapat dikontrol dengan cepat maka akan terjadi semburan fluida formasi tersebut ke permukaan, hal inilah yang disebut dengan blow-out. Bila yang menyembur adalah minyak dan atau gas maka akan sangat berbahaya sekali, terutama jika terdapat percikan api yang akan menyebabkan kebakaran. Apabila blow-out berupa air maka masih dapat diusahakan untuk menutup peralatan-peralatan pencegah semburan liar. Faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatis lumpur adalah berat jenis lumpur dan ketinggian kolom lumpur. Apabila terdapat salah satu atau keduanya yang rendah maka akan menyebabkan turunnya tekanan hidrostatis lumpur. 

5.1. Berat Jenis Lumpur Turun 
Bercampurnya fluida formasi dengan lumpur pengeboran akan menyebabkan berat jenis lumpur turun. Hal ini dapat ditinjau dari beberapa sebab, yaitu: 

a.  Swab effect
Swab effect terjadi apabila pencabutan rangkaian stang bor terlalu cepat maka antara rangkaian stang bor dan dinding lubang bor akan mirip seperti halnya piston dan silinder. Ruang di bawah bit yang ditinggalkan oleh rangkaian pengeboran menjadi vakum dan fluida formasi akan tersedot (terhisap ke dalam lubang bor). Ditambah lagi dengan viskositas lumpur yang besar (lumpur kental) maka gerakan lumpur yang ada di atas bit terlambat mengisi ruangan di bawah bit. Akibatnya akan masuk fluida formasi ke dalam lubang dan bercampur dengan lumpur bor dan akan menyebabkan berat jenis lumpur turun. Hal ini dapat menurunkan tekanan hidrostatis dari lumpur bor.
b.  Menembus formasi gas
Saat menembus formasi gas maka cutting yang dihasilkan akan mengandung gas. Walaupun mulanya tekanan hidrostatis lumpur dapat membendung gas supaya tidak dapat masuk ke dalam lubang, tetapi gas dapat masuk ke dalam lubang bersama cutting. Gas keluar dari cutting masuk ke dalam lumpur, makin lama gas makin banyak sehingga akan menurunkan berat jenis dari lumpur bor. Apabila hal ini terjadi maka tekanan hidrostatis lumpur tidak dapat lagi membendung masuknya gas ke dalam sumur secara lebih besar. 

5.2. Tinggi Kolom Lumpur Turun
Bila formasi pecah atau ada celah dan rekahan-rekahan pada lapisan di dalam lubang bor maka lumpur bor akan masuk ke dalam lapisan yang pecah atau bercelah tersebut, sehingga tinggi kolom lumpur akan turun. Maksudnya di sini adalah tinggi kolom lumpur di annulus. Walaupun berat jenis lumpur tidak turun, tekanan hidrostatis dari lumpur akan turun dengan turunnya tinggi kolom lumpur. 


II.  KENDALA-KENDALA NON-TEKNIS
Selain daripada kendala teknis yang dialami, kendala non-teknis pun sering dijumpai saat proses pengeboran di lapangan. Keberadaan kendala ini biasanya sangat mempengaruhi kemajuan proses pengeboran. Beberapa kendala tersebut diantaranya adalah :

1.  Lokasi Base-camp (tempat tinggal sementara bagi tim pengeboran)
Pada daerah tertentu kondisi keberadan base-camp ini harus benar-benar aman. Aman dari gangguan yang berasal dari manusia lain di sekitar lokasi, dan juga gangguan yang dapat muncul dari binatang-binatang buas yang berada di sekitar lokasi tersebut. Adanya kendala-kendala ini akan sangat mempengaruhi kinerja, serta kondisi psikologis, dan ketenangan terhadap tim pengeboran yang akhirnya akan  menghambat proses pekerjaan pengeboran. 

2. Keberadaan Titik Lokasi Pengeboran 
Keberadaan titik pengeboran harus terletak pada lokasi atau daerah yang bebas dari masalah kepemilikan, seperti tanah daerah sengketa, daerah-daerah yang dilindungi (cagar alam / budaya), dll. Kendala ini keberadaannya akan sangat mempengaruhi proses pekerjaan pengeboran terutama apabila pekerjaan pengeboran sudah berjalan. 

3.  Kegiatan Pengeboran
Proses kegiatan pengeboran harus diusahakan tidak mengganggu situasi dan kondisi lingkungan setempat, terutama jika terletak di daerah pemukiman. Sehingga jam-jam kerja harus diatur agar pada waktu tertentu di luar jam kerja dapat dimanfaatkan sebagai kerja lembur, dengan tujuan untuk mempercepat proses pengeboran selesai dengan target yang telah ditetapkan sesuai harapan.
4.  Kondisi Kesehatan Tim Pengeboran
Hal ini harus selalu diperhatikan dan diantisipasi agar mereka dapat bekerja secara kontinyu dan tidak terhenti karena adanya gangguan kesehatan dari salah satu tim pengeboran. Hal ini akan sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kerja pengeboran.